Kamis, 30 Desember 2010

when the love reached into my heart part 1


When the love reached into my Heart

Part 1
“Gempa bumi.” Gumamku, aku langsung terlonjak kaget dan kemudian berlari ke lantai dasar rumahku, kulihat di luar jendela ada 2 buah mobil buldoser masuk ke halaman rumahku.
“Kyaaa apa yang kalian lakukan?” aku menunjuk ke arah seorang pengemudi mobil itu, dia pun berhenti dan turun menghampiriku.
“anak muda, kenapa kau masih disini?”
“Mworago?? kyaa Ini rumahku, untUk apa kau bertanya kenapa aku masih disini?” aku berjalan maju mendekati para pekerja bertubuh besar itu, dengan perasaan penuh keraguan.
“dengar, rumahmu ini telah menjadi hak milik kami, kami yang akan mengelolanya!!” seseorang menatap ke arahku dan berbicara sangat lantang, nyaliku pun menjadi ciut mendengarnya.
“maksudnya?” ku pasang tampang polosku.
“kemarin tepatnya pukul lima seorang wanita telah menjual rumah ini dan saat itu juga kami menandatangani surat persetujuan kedua belah pihak.”
“Mwoya??” mataku membelalak lebar, sama sekali tak bisa kumengerti apa maksud dari semua ini, karena surat legal rumahku sudah tertera jelas ada ditangan mereka tak ada satupun yang bisa ku perbuat, aku pun masuk ke dalam rumah untuk mengemasi barang-barangku, dan saat kusadari ternyata dari semua barang yang kumiliki yang masih  tersisa hanyalah pakaianku.
@@@
“aigoo, berapa lama lagi aku harus berjalan?!” aku benar-benar sangat benci dengan semua ini, harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mencari tempat tinggal yang sama sekali ku tidak tahu dimana tempatnya.
“ahjumma, ini semua gara-gara kau!! seenaknya saja kau menelantarkanku seperti ini, kau sudah bertindak seenakmu, aaarrgghh mibda mibda mibda!!” saat ku berusaha untuk mengamuk mataku pun tertuju pada sebuah restoran, perutku benar-benar sudah tidak tahan dengan suasana seperti ini akhirnya aku pun memutuskan untuk menuju restoran tersebut.
“oseo oseyo?” sambut dua orang pegawai di depan pintu masuk restoran.
“Neomu yeoppo.. waaauuww” aku berdecak kagum menyaksikan bentuk dan relief dari restoran tersebut, didalamnya terdapat lampu warna warni yang mirip seperti kerlipan bintang, selain pengunjung yang datang ternyata ada juga para pemain sirkus yang berfungsi untuk menghibur para penikmatnya.
Aku pun mencoba mencari celah tempat duduk, terlalu sulit untuk menemukannya karena saat itu restoran dalam keadaan sangat ramai. Mataku berkeliling mengamati keadaan sekitar, takut kalau-kalau ada salah seorang temanku melihatku dengan bawaan sebanyak ini tapi yang kulihat malah hal lain, kulihat pasangan kekasih yang sedang memadu kasih di pojok sebelah kanan yang terhalang oleh orang-orang yang berdiri saat menyaksikan penampilan sirkus.
“aigoo” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku, sementara aku langsung mengalihkan pandangan ke lain tempat disana terlihat seorang tua gendut sedang bermasalah dengan salah seorang pelayan, sayup-sayup terdengar percakapan mereka
“pelayan: ahjussi, kau itu telah menghabiskan 4 mangkuk sup”
“ahjussi: yaa aku rasa aku menghabiskan 3 mangkuk, karena satu lagi kau memberikanku dengan menggunakan piring”
“pelayan: tapi kau memesan porsi 4 mangkuk”
“ahjussi: (menunjuk ke atas meja didepannya) kau lihat itu hanya ada 3 mangkuk dan satu piring, bukan 4 mangkuk”
“pelayan: oh ahjussi, aku hanya seorang pelayan tolong jangan mempersulitku”
Terlihat seorang dengan pakaiannya yang rapi menghampiri mereka berdua, mungkin sedang mencarikan solusi. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan kembali berkata “aigoo”.
Aku bingung apa yang akan kulakukan disini, sebenarnya tujuan pertamaku adalah untuk mencari makanan yang dapat mengganjal perutku karena dari tadi pagi belum ada makanan yg masuk ke perutku, tapi setelah kulihat keadaan keuangan yang hanya tersisa 50000 won sepertinya akan ku urungkan niatku tadi. Aku pun lekas menyeret koperku yang benar-benar berat ini, tak lama berselang terdengar keriuhan para pengunjung meneriaki seseorang di depan sana, “woonie oppa, saranghaeyeooo” ku berusaha untuk melihat namun tak berselang lama tempat itu sudah penuh dengan amukan para gadis yang berebut untuk melihat idola mereka itu.
“apa-apaan mereka ini, aish.. hanya karena idola mereka lupa akan kehidupan mereka” aku melihat ada sepotong kue di meja didepanku, sepertinya belum tersentuh sedikitpun ku amati keadaan sekitar ternyata semua orang telah terhipnotis oleh seseorang di depan sana, aku pun berusaha memepetkan tubuhku dengan meja dan “ummm” ku lahap kue itu. Saat ku berjalan menjauh, sang empunya mencari keberadaan kue miliknya.
“Eonnie mianhae, tapi tak mungkin kuemu ini kukeluarkan lagi” aku menjilat-jilat jari tanganku dan menepuk-nepuk bagian depan dari perutku, kemudian melanjutkan perjalanan yang tadi sempat tertunda.
Langkahku benar-benar berat, kali ini aku memutuskan untuk bersantai sejenak di pilar depan toko baju pria.
“aku harus kemana? sementara aku melihat keadaan sekeliling tak ada satupun yang memerhatikanku, mereka hanya mengurusi urusan mereka masing-masing”.
“andai ada mobil berhenti di depanku dan mengajakku.”
tapi mobil yang melewatiku hanya berlalu begitu saja tanpa ada suara bunyi klakson satupun.
“Tiiiiiidddttt...tiiiiiidddddttttt” ku lihat sebuah mobil dibunyikan sangat kencang, keberadannya tepat didepanku, aku bergegas berdiri yang hanya ada dipikiranku saat itu adalah bahwa ada orang sukarela yang akan menumpangi dan mengantarku setelah melihat keadaanku yang menyedihkan ini. Aku menghampiri mobil itu dan perlahan masuk ke dalam.
“ghamsa hamnida” aku tersenyum seraya menundukan kepala sebagai ucapan terimakasihku.
“MWO?” orang itu terlihat sangat terkejut dan heran, aku mendongakkan kepala dengan rasa takut ku lihat wajahnya, aku hanya melongo dan mulutku membentuk huruf A, mataku membelalak melihat betapa tampannya orang yang ada di depanku ini.
“keluar!!” perintahnya tegas, aku langsung kebingungan dan benar-benar merasa malu, seketika wajahkupun memerah.
“ahjumma, apa kau tidak dengar?” bentaknya, aku pun langsung naik darah mendengarnya berkata seperti itu.
“MWO?” aku melesatkan tatapan galakku padanya, tapi ku tak bisa melihat matanya karena dia menutupnya dengan kacamata mahalnya itu “aishh pria ini tampan sekali” ujarku.
“apa maksudmu memanggilku dengan ahjumma, apa aku terlihat setua itu?”
“ne kau benar-benar terlihat sangat tua, sekarang juga kau keluar!!”
Aku pikir wajahnya berubah merah padam, dan ternyata seseorang sedang mengetuk kaca mobil yang kami naikki.
“Kyu, buka!! (dengan wajah kesal)”
Setelah pintu mobil terbuka, pria yang mengetuk pintu tadi menatap aneh padaku.
“Nugu yaeyo? (mengalihkan pandangan pada temannya) Kau menyembunyikan sesuatu dari kami?”
Aku hanya terdiam kaku, sementara pria di sebelahku terlihat sangat cuek dan pria yang tadi mengetuk kaca mobil menginterogasi ku.
“siapa kau?” tanyanya ketus.
“a.a.a.anyeonghaseyo, choneun lee yura imnida, mianhae” ku berusaha bangkit dari tempat dudukku, tapi pria berkacamata disebelahku menarikku dan berkata “ahjumma kau jelaskan padanya”
“mwoo? Naneun?”
“aniyo, aniyo, aniyo”
Aku menggeleng-gelengkan kepala, dan ku lihat kali ini 2 orang menatap ke arahku.
“geurae, aku pikir kau itu adalah sukarelawan yang bersedia untuk memberiku tumpangan, jadi tadi aku kelelahan dan melihat mobilmu berhenti di depanku dan tanpa pikir panjang aku langsung menuju mobilmu dan menaikinya, tapi apa maksudmu memanggilku dengan ahjumma?”
Aku menaikkan intonasiku diakhir kalimat, dan ternyata Pria yang masih berdiri disebelahku tersenyum kecil, tak kalah manis dari pria berkacamata tadi.
“sekarang kau dengar kan hyung dia itu hanya wanita bodoh, sekarang juga kau keluar, ARASSEO?”
Dia melihat ke arahku dan aku menatapnya kesal, kali ini dia melepas kacamatanya sehingga ku bisa mengenali seperti apa wajahnya, aku pun keluar dari mobil dan pria yang tadi berdiri kemudian masuk menggantikanku, dia membuka kaca pintu mobilnya, dan aku mengucapkan “Mianhamnida”, dia lalu tersenyum dan berkata “siwon imnida” kemudian mobil itu pun berlalu, aku berbalik dan menatap siluet tubuhku di kaca besar tempat toko pakaian tadi.
“aku tak nampak tua, kenapa dia memanggilku ahjumma? Ohh dia bilang aku wanita bodoh? Oh my god!! Awas kau Hyaa”
Aku benar-benar mengutuk perkataan pria tadi.
“apa liat-liat?” seringaiku kepada orang-orang yang berlalu lalang dihadapanku.
@@@
“Tuan Han saya sudah memeriksa ke semua tempat tapi dia tetap tidak ditemukan” seorang pegawai memandang lemah ke bawah.
“Aku sudah membayarmu, tapi kau itu benar-benar tidak becus, apa harus kubuat surat pengunduran diri untukmu?” mata sang direktur memerah menahan emosi. Pegawai tersebut hanya menunduk tak berani menatap tuannya.
“Joesonghamnida aku akan berusaha lagi”
Direktur hanya menghempas-hempaskan tangannya memberi tanda agar pegawainya segera keluar dari ruangannya. Sesaat setelah itu suasana menjadi hening, sang direktur mengeluarkan selembar foto dirinya bersama seorang istrinya dan seorang anaknya, saat melihat itu diapun tidak bisa menahan air matanya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar