Kamis, 30 Desember 2010

when the love reached into my heart part 11



Ujian selama seminggu telah ku lalui, sekarang ku hanya tinggal menanti hasilnya. Jantungku terasa berdetak dengan cepat bila ku mengingat hal itu. Tapi perjuanganku tak cukup sampai disitu, aku harus tetap belajar untuk menyiapkan diriku agar dapat masuk ke universitas.
“Aku berharap bisa masuk oxford”
Kyuhyun memukul kepalaku dengan pensil yang dipegangnya.
“Yaa apa-apaan kau ini?” teriakku.
“Kau itu lulus sudah bersyukur, masih berkhayal yang tidak-tidak”
“yaa kau pikir aku tidak memiliki mimpi? Aku juga ingin sukses”
Aku tidak terima dia bicara seperti itu padaku, terlalu merendahkan.
“Ne aku mengerti, tapi seharusnya kau juga harus mengukur mimpimu itu, kalau mimpimu itu terlalu tinggi kau akan sulit menjangkaunya apalagi dengan tinggi badanmu yang seperti ini”
“Mwoo??”
Selalu seperti ini jika kami sedang berdua. Tak ada yang mau mengalah, saling timpal menimpali. Aku memang sangat membencinya tapi setelah kulihat banyak perubahan terjadi pada dirinya ku rasa perlahan aku bisa sedikit berbaik hati kepadanya.
“Yura-ya” siwon membuka pintu kamarku, ku lihat sangat jelas ada gurat kebencian diwajahnya saat memandang wajah kyu.
“Khaza!!” siwon menarik tanganku, aku tak mengerti apa yang dia lakukan. Aku pun ikut bersamanya dan pergi meninggalkan kyuhyun.
“Won-ah, kita mau kemana?”
Tak ada persiapan saat aku pergi dengan siwon, ku perhatikan dari arah samping siwon sangat menikmati suasana ini.
“Berkencan”
Aku kaget mendengar perkataannya, aku hanya bisa menelan ludahku dengan perasaan yang meledak-ledak, begitu bahagianya diriku ini ingin mendengarnya mengucapkan kata itu.
@@@
Hari ini akan kulalui dengan senyuman setelah semalam tadi kencanku berjalan lancar, kencan pertamaku dengan lelaki yang kusuka pertama kalinya, sungguh senang rasanya bila mengingat kencan kami malam tadi. Siwon tak pernah melepaskan genggaman tangannya dari tanganku, dan sampai pada suatu tempat yang begitu memukau dia memberikan seikat bunga padaku, tapi sebenarnya aku tidak suka bunga, tak apalah karena bunga itu adalah pemberian siwon maka akan selalu ku simpan. Aku tersenyum-senyum sendiri sepanjang perjalananku menuju sekolah ketika mengingat saat siwon mencium keningku ketika kami sampai di depan pintu kamarku dia mengucapkan “Annyonghi jumushipsiyo”.
“Ada apa?” aku mencoba menembus keramaian di jalan raya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi karena sepertinya kerumunan orang itu sedang terpusat pada seseorang yang tergeletak di pinggir jalan yang menyebabkan kemacetan sementara.
“Kim Heechul?” Aku benar-benar kaget saat melihat sesosok yang ku kenal tergolek tak berdaya dan menjadi tontonan orang-orang, tubuhnya berlumuran darah, aku hanya menjerit histeris tak percaya atas apa yang sedang kusaksikan ini, tak lama berselang ambulance pun datang dan dua perawat membawa tubuh heechul menggunakan tandu, heechul masih tak sadarkan diri karena kurasa lukanya benar-benar parah, aku menemaninya menuju ke rumah sakit dan secepatnya mengabarkan orang-orang di asrama, hanya ada eunhyuk saat aku mencoba menghubungi mereka.
Sesampainya di rumah sakit, sesegera mungkin heechul dilarikan ke ruang darurat, aku hanya diminta menunggunya diluar sementara dokter melakukan tindak penyelamatan untuknya. Aku terus berdoa dengan perasaan gelisah dan takut, aku terus melirik jam tanganku yang seolah berputar sangat lamban, kulihat dari kejauhan eunhyuk berlari kecil menuju ke arahku, aku yang sedang duduk langsung berdiri dan mengusap air mataku yang daritadi terus menetes, aku memeluknya karena pada saat itu perasaanku sangat kacau, aku takut terjadi apa-apa pada kim heechul, kalau sesuatu terjadi padanya entah apa yang bisa ku perbuat untuk menebus kesalahanku yang selalu membuatnya kesal.
“Hyuk-ah, mianhae” ujarku lirih.
Terasa eunhyuk mengusap-usap punggungku dan suaranya juga cukup serak.
“kau tidak salah, harusnya aku yang berterima kasih karena kau sudah membawanya kesini”
Aku melepaskan pelukanku, dan ternyata leeteuk dan kawan-kawan juga sudah berada disini, kami semua terlihat sangat tegang saat menanti keadaan yang pasti dari heechul. Seorang dokter keluar dari ruang gawat darurat, dia melepas maskernya dan menoleh ke arah kami, kami semua sesegera mungkin menghampirinya penasaran apa yang akan dibicarakan oleh dokter tersebut.
“Bagaimana keadaannya dok?” tanya sungmin khawatir. Sang dokter hanya menyimpulkan senyumnya kami agak kesulitan menebaknya tapi tergambar jelas dia akan mengatakan bahwa semuanya berjalan lancar.
“Kami sudah mengangkat pecahan kaca dari kakinya, untuk sementara kakinya harus diperban karena ada sedikit retakan pada tulang paha, tapi tadi saat kami akan menjalankan operasi kami dengar dia memanggil nama, hemm.. Lee yura, siapa itu?”
Kata-kata itu langsung mengena ke hatiku, nafasku terasa berat mungkin dia sangat membenciku sehingga dalam keadaan tidak sadar pun dia masih sempat mengucap namaku. Namun kini semua orang memandang kepadaku, aku hanya menunduk untuk menghindari kontak langsung dengan mereka. Setelah itu dokter pun mengijinkan kami semua masuk ke dalam untuk mengetahui kondisi heechul sekarang, rupanya tidak membutuhkan waktu lama untuk membuatnya sadar.
“Sedang apa kau disini?” heechul melepaskan tatapan sinisnya kepadaku,
“orang ini bukannya berterima kasih malah terus-terusan mencercaku” pikirku, aku mencibirkan bibirku.
“Hyung..” eunhyuk memberikan sinyal agar heechul tidak mempermasalahkan keberadaanku di ruang perawatan. Tapi heechul tetap pada pendiriannya dengan sikap arogannya.
@@@
Setelah 3 hari di rumah sakit heechul memutuskan untuk melakukan perawatan di rumah, jujur saja dia itu sebenarnya paling anti dengan rumah sakit karena dia berpikir orang yang berada dirumah sakit hanya akan membuang-buang waktu mereka saja. Hampir setiap hari aku bolak balik ke rumah sakit sepulang sekolah hanya untuk menemaninya berjalan-jalan dengan kursi rodanya, saat yang lainnya menawarkan diri untuk menghentikan aktifitas mereka agar bisa membantu merawat heechul, heechul menolaknya dia beralasan kalau aku lebih pantas untuk disuruh-suruh olehnya. Benar-benar menyebalkan. Dia itu adalah orang yang sedang sakit tetapi sangat cerewet, aku tidak pernah dinilai benar olehnya, selalu melakukan hal yang salah.
“Aku bebas sekarang”
Heechul merentangkan kedua tangannya,  sementara kakinya masih diperban.
“Turunkan aku!!” perintah heechul dengan mudahnya saat aku mengantarnya ke dalam kamar heechul.
“Aissh.. kau pikir kau itu ringan?walaupun kau itu kurus dan perutmu tidak sixpack tapi bobot tubuhmu itu benar-benar berat” aku berbicara santai, tapi heechul menyeringai ke arahku.
“Geurae, geurae”  aku mengangguk-anggukan kepalaku.
Aku berjalan lunglai dan mencoba mengangkatnya dari kursi roda, saat ku membungkukan badanku untuk coba mengangkat tubuhnya, tiba-tiba.. dia mengecup pipiku, aku pun reflek dan sangat kaget, aku menoleh dan saat ini jarak antara wajah kami begitu dekat. Jantungku sepertinya akan copot, tapi dia dengan santainya kembali bersandar di kursi rodanya. Aku mengusap pipiku untuk menghapus air liurnya yang menempel dipipiku, ku cium baunya.
“Kau belum sikat gigi berapa hari?” tegasku.
“wae?” heechul langsung melotot ke arahku, aku pikir dia sangat marah mendengar perkataanku tadi.
Aku kerahkan semua kemampuanku untuk mengangkat tubuhnya yang tidak ringan itu, tapi ternyata dia itu masih bisa berdiri dengan kaki sebelah kirinya. Dia telah menipuku.
@@@
Besok aku akan mengikuti test masuk universitas, itu sangat menegangkan sehingga memikirkannya saja membuat perutku menjadi mulas dan badanku terus berkeringat. Aku akan mencoba kemampuanku dengan mengikuti test di universitas gam wo salah satu universitas paling bergengsi di korea. Aku tidak memberitahukan hal ini pada siapapun, aku berniat saat kuliah nanti aku juga akan bekerja paruh waktu, aku akan mencari tempat tinggal walaupun berat rasanya untuk meningglkan tempat ini. Pikiranku terus berkecamuk pada alasan apa yang membuat heechul dengan menyebalkannya tiba-tiba saja mencium pipiku. Aissh dia itu memang seenaknya, setelah melakukannya dia tidak mengucapkan kata maaf sama sekali seperti dia tidak pernah melakukan kesalahan.
“Hwaiting!!” aku menyemangati diriku yang masih memegang lembaran demi lembaran contoh soal yang diberikan oleh mr. Chang, sebelumnya dia tidak mengijinkanku untuk mendaftar ke universitas tersebut karena selain kemampuan otakku yang terbatas dia juga tidak yakin bahwa aku akan lulus ujian sekolah yang sudah kulewati beberapa minggu yang lalu meskipun hasilnya belum ku ketahui.
“Yura-ya?” terdengar pekikan suara heechul dari ruang tengah, manusia ini benar-benar tidak bisa melihatku tenang. Aku berusaha untuk tidak menuruti keinginannya kali ini, tapi lagi-lagi tidak bisa.
“Kalau aku tidak lulus test, semua gara-gara kau kim heechul” aku menggerutu dalam hati. aku hampiri dia yang sedang asik menonton tv diruang tengah sambil terus memakan camilan yang diletakkan di sebelahnya.
“Kenapa kau lama sekali?” protesnya.
“Kau pikir aku asistanmu yang bisa siap kapan saja, lagipula kau kan tidak membayarku untuk ini tapi kenapa kau terus memanggilku” kali ini aku benar-benar tidak kuat dengan perlakuannya terhadapku apalagi setelah mengingat kejadian dikamarnya tadi, sangat tidak sopan.
“Karena aku suka kau terus berada di sisiku” heechul terus menyantap makanan ringannya, tidak ada penyesalan sama sekali di raut mukanya.
“MWO?”
Heechul menarik tanganku dengan tenaganya sehingga membuatku terduduk disampingnya, dia merangkulku dankembali mencium pipiku. Aku berontak dan meninju wajahnya hingga memar kebiruan. Aku berdiri dan menginjak kaki kanannya yang masih diperban, dia mengerang kesakitan dan terus mengoceh kepadaku. Hari itu di asrama hanya ada aku dengannya, sedangkan member yang lain seperti biasa mereka menjalankan rutinitas yang rumit sehari-harinya. Aku meninggalkan heechul yang sedang mengerang kesakitan namun saat beberapa menit kemudian aku dengar heechul terus merintih tak kuat menahan rasa sakitnya. Perasaanku jadi tidak enak, tapi dia itu benar-benar tidak sopan, setelah kupikirkan aku ke sampingkan dulu masalah tadi dan berlari ke masalah heechul sekarang. Aku kembali ke ruang tengah, aku lihat dia sedang memegangi kakinya sambil tertelungkup kaku.
“Gwaenchana?” tanyaku perlahan, tapi heechul tidak menjawabnya dia hanya menampakkan kekecewaannya kepadaku. Aku mengambil obatnya ke kamar heechul, aku bawa dan dia meminumnya. Perlahan dia mulai berhenti meringis dan setelah itu aku membantunya untuk kembali kekamarnya, setelah aku tiba dikamarnya dan dia berbaring di tempat tidurnya dia menarik tanganku dan berkata “temani aku disini” aku tidak menolaknya sehingga kubawa semua buku pelajaranku ke kamar heechul dan menyebabkan kamarnya menjadi hancur seketika.
“Kau itu mengotori kamarku saja” ucapnya sinis.
“fyuh..fyuh..” ku tiup-tiup boneka yang baru saja ku ambil dari tempat tidurnya heechul.
“Apa yang kau lakukan?” tanyanya kesal melihat aku meniup-niup boneka kesayangannya, ku letakkan dibawah dan “Jlekk” ku duduki boneka besar itu.
“Yaa.. apa apaan kau ini?” heechul berusaha bangkit tapi tidak bisa, aku menertawakannya saat dia berusaha bangun untuk merebut bonekanya dan “Tuut..”
“Heechul-ya kau itu kenapa buang gas seenaknya??” aku meliriknya kesal, heechul tertawa tapi wajahnya memerah “Habis kau tidak mau membantuku bangun, gas itu tidak sengaja keluar ara” ucapnya santai, aku bergegas merapikan buku dan kembali ke kamarku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar