Kamis, 30 Desember 2010

when the love reached into my heart part 7

Part 7


Akhirnya setelah dua hari kami berlibur kami pun kembali ke asrama suju. Aku tak mengerti kenapa sampai sekarang aku tidak diizinkan untuk pergi mencari tempat untuk kutinggali. Paman nam tetap bersikeras untuk menahanku tinggal di asrama ini. Aku pun hanya bisa mengikuti kemauannya tersebut. Aku kembali ke kamar yang ku tempati kemarin, hari ini siwon memutuskan untuk tinggal beberapa hari di asrama, aku baru tahu kenapa kemarin dia tidak ada disini ternyata karena selama ini dia itu lebih memilih hidup bersama orang tuanya.
“fyuuhh..” aku membantingkan tubuhku ke atas kasur, sungguh melelahkan setelah menempuh banyak cobaan dua hari ini baik itu cobaaan jasmani maupun cobaan rohani. Tak terasa aku pun tertidur pulas dan hilanglah sudah kesadaranku.
Esok hari saat aku bangun aku benar-benar kelabakan saat mataku tidak bisa dibuka, aku pikir aku buta, aku terus meraba-raba sekeliling kamar, aku coba menjangkau pintu tapi salah aku malah membuka jendela, aku pegang mataku ternyata ada sesuatu menempel disana, perlahan ku copot dan “auww” bulu mataku ikut tercopot. Seseorang telah mengerjaiku dengan menempelkan plester di mataku tak hanya itu ketika ku menatap ke depan cermin wajahku sudah berubah menjadi seorang badut yang siap tampil diatas pentas. “Errrgghhh..” gusarku. Ku lap semua make-up yang masih menempel diwajahku tapi ternyata pipiku diolesi oleh spidol bukan oleh alat rias yang sering dipakai untuk mengoles wajah, kali ini aku terlihat seperti boneka kabuki.
“Ada apa?” siwon melihat ke arahku, semuanya telah berkumpul diruang makan dan ku perhatikan eunhyuk tertawa dengan gyoolnya. Aku yakin semua ini adalah hasil buah karya ciptaan orang usil seperti dirinya itu.
“andwae” aku menggelengkan kepalaku meyakinkan bahwa tak ada yang terjadi pada diriku.
“duduk disini” ryeowook memerintah dan mengambilkan sesuatu untukku, setelah beberapa menit ryeowook duduk disampingku sambil membawa lap basah.
“Ini terbuat dari olesan spidol permanen, aku pernah mengalaminya dan ku hilangkan dengan alkohol” dengan lembutnya ryeowook mengusap usap pipiku untuk menghilangkan bekas noda spidol tadi.
“gomawoyo” aku menundukan kepalaku, ryeowook tersenyum padaku dan pergi untuk menaruh lap bekas wajahku tadi.
“ini” siwon menjulurkan tangannya menawariku bulgogi, alangkah senangnya hatiku setelah beberapa kali aku gagal menyantapnya. Di lain tempat heechul kembali memandangku sinis, orang ini memang tidak pernah suka dengan kehadiranku, jangankan menyapa kepadaku, memberikan senyumnya saja untukku itu terasa berat baginya.
“Hari ini kita akan mengadakan wawancara, apa kau mau ikut?”
Sedang asik ku menyantap makananku, leeteuk tiba-tiba saja mengeluarkan suaranya, yang  tak kusangka adalah kata-katanya, aku senang banyak orang yang memperlakukanku dengan baik disini.
“wae? Ahh oppa aku disini saja, aku tak ingin menyusahkan kalian lagi” ujarku sambil terus menyantap makanan yang masih tersisa, leeteuk hanya menganggukan kepala seraya mengangkat alisnya pertanda bahwa dia paham akan jawabanku tadi.
“baiklah, kau jaga rumah kami baik-baik ya” leeteuk mulai bangkit dari tempat duduknya, sebenarnya mereka sudah selesai makan dari 15 menit yang lalu, tapi entah mengapa mereka masih tetap memutuskan untuk tetap berada di ruang makan yang sempit ini.
@@@
“Hyaaa.. aku bebas disini, hahahaha” aku berteriak sangat keras namun tak ada respon karena memang tak ada siapapun dirumah ini. Aku berlari kesana kemari, memainkan remote tv dan karena ku merasa bosan aku memutuskan untuk melihat-lihat keadaan asrama ini. Memang menyenangkan hidup disini, tempatnya sejuk dan sangat luas, selain itu terdapat banyak ruangan untuk menghabiskan waktu disaat tidak ada kegiatan. Pantas saja mereka betah tinggal disini, ku putuskan masuk ke ruang bermusik lagi dan ku mainkan drum dengan hentakkan yang sangat kuat, nyaris saja jantungku copot mendengarnya. Tidak lucu kan kalau aku tiba-tiba terkena serangan jantung karena ulahku memainkan drum ini. Ku alihkan perhatianku pada sebuah piano, aku pun mulai memainkannya dengan nada tak beraturan sambil menyanyikan sebuah lagu lama “first love” lagu yang sangat kusukai. Tapi menurutku iramanya sungguh kacau, berharap tidak ada seorangpun yang mendengarnya.
“Yaaa ahjumma!!!!”
Seseorang membuka pintu dengan keras, dan membentakku, aku kaget dan menoleh karena tadinya kukira dia itu adalah hantu.
“Kau itu berisik sekali, aku sudah menyumbat telingaku dengan headphone, apa kau gila, kau bisa merusak barang-barang kami, arasseo”
Aku tidak memperdulikannya, aku terus memainkan piano sekuat tenaga dan di tutts yang terakhir yang ku pencet ku buat nada tinggi dan panjang sehingga memekakan telinganya maupun telingaku.
“ya ahjumma, aissh” kyuhyun sangat terganggu dan menghampiriku kemudian menarikku keluar ruangan.
“apa kau gila?” bentaknya keras, membuatku mencibirkan bibirku.
“Cho kyuhyun listen to me, aku tidak salah karena kukira hanya ada aku dirumah ini, kenapa kau tidak bilang kalau kau ada dirumah juga?”
Aku sangat tidak suka dengan situasi seperti ini, setiap hari harus bergolak dengan peperanganku bersamanya. Peperangan yang tak berujung.
“untuk apa aku memberitahumu, aku juga tidak ikut wawancara gara-gara kau”
Menunjukan keningnya yang masih di perban. Betapa manjanya anak ini, dia itu sungguh membesar besarkannya. Keningnya itu hanya tergores bukan tersobek.
“Cho kyuhyun, kau benar-benar mengganggu konsentrasiku”
“konsentrasi apa? Membuat telinga orang tuli? Kau lihat (menunjukan headphonenya), aku sudah memakai ini dengan volume yg full tapi suaramu masih tetap terdengar, aku tak bisa beristirahat”
“kau itu terlalu manja, kau lihat (aku menunjuk telingaku) aku tak memakai pelindung apapun tapi aku masih bisa mendengarmu”
“aisshh.. ahjumma, daripada kau membuang-buang waktumu disini lebih baik kau pergi keluar dan carikan aku makanan”
Berani-beraninya bocah ini memerintahku, tentu saja aku menjawabnya dengan gelengan kepala dan juluran lidahku.
@@@
Cukup bosan juga terus-terusan berada di dalam kamar seperti ini, tadinya aku bermaksud untuk menghindari kyuhyun tapi apa boleh buat, aku memberanikan diriku untuk menurunkan jarak darinya. Kulihat dia tidak ada di ruang tv, aku penasaran sehingga ku coba mencarinya ternyata dia berada diruang makan sedang meratapi ramyeon hasil karyanya, ku coba untuk lebih mendekat dan kyuhyun langsung menatapku kesal. Aku pun menanyakan akan hal apa yang dia permasalahkan.
“Wae?”
“AHJUMMA” bentaknya, dan kemudian membawa panci yang berisikan ramyeon hasil racikannya. Saat aku lihat ke arah ramyeonnya “ahahahaha” aku tertawa sambil memegang perutku, sungguh menggelikan melihat masakannya yang penuh dengan air itu, 90% isi dari pancinya itu adalah air.
“kau menyuruhku berenang kedalamnya? Ne baiklah, lain kali kau gunakan penampang air agar semua orang bisa masuk kedalamnya” ledekku. Dan ternyata kyuhyun sangat marah mendengar ucapanku tersebut.
“Makan ini” sulutnya kasar, dia menyodor-nyodorkan panci itu ke dekat mulutku.
“Mwo?? Kau yang memasaknya kenapa malah menyuruhku yang memakannya? Lagipula Mana mungkin aku memakan sungai han-mu ini” aku kembali menuai emosinya kyuhyun, kali ini dia makin kesal ku ledek seperti itu, dan.... Byurr semua bajuku basah setelah dia guyurkan masakannya ke kepalaku, aku mandi mie hari ini.
“YAAAAAAAAA!!” aku benar-benar membencinya, kuambil panci yang tadi dijatuhkannya dan ku coba untuk melayangkan kepadanya tapi ternyata aku mengenai orang yang salah. “pluukk” heechul pun terjatuh saat panci itu mencium kepalanya.
@@@
Heechul lebih membenciku kali ini, dia pun tidak mau melihat wajahku sehingga dia menolak saat aku berusaha untuk masuk ke kamarnya dan meminta maaf kepadanya. Aku tak bisa berbuat apa-apa, aku ingin pergi dari sini tapi manajer nam benar-benar memproteksi aku.
“Matamu minus ya?”
Aku kira siapa yang bertanya begitu ternyata lagi-lagi kyuhyun yang terus-menerus menghantui kehidupanku.
“Wae?” aku menjawabnya galak, ku lihat dia tersenyum, tadinya aku kira dia itu perhatian karena bertanya hal semacam itu padaku, ternyata dia hanya kembali meledekku.
“iya, sampai-sampai kau mengenai orang yang salah? Harusnya aku sebelumnya membelikanmu kacamata agar kita bisa berperang lebih hebat lagi”
Dia mengambil sesuatu dan kembali menghampiriku, aku hanya memerhatikan setiap geriknya dengan tatapan benciku.
“Pelindung” dia memasangkan helm ke kepalaku, apa maksudnya?.
Sudah 2 jam ku berusaha untuk melepas helm ini dari kepalaku, tapi tak berhasil. Waktu menunjukan pukul 7pm, aku tidak ingin diketahui dalam keadaan sebodoh ini. Terdengar klakson mobil dari luar sana, sepertinya mereka sudah kembali dari aktifitasnya. Sesegera mungkin aku berlari keluar untuk membukakan pintu gerbang, aku persis seperti pembantu.
“Kau kenapa” siwon menatapku curiga yang dari tadi terus berurusan dengan helm yang tidak mau lepas ini. Dia pun mendekatiku dan dengan mudahnya melepas helm yang dari tadi melekat di kepalaku, betapa gembiranya diriku dan tidak sadar aku pun memeluknya sebagai ucapan terimakasihku. Sementara siwon tidak menolaknya, dan kulihat yang lain saling bertatapan dan mengangkat pundak mereka.
“Won-ah gomawoyo, ghamsa hamnida” ujarku lirih karena aku sangat terharu dengan perlakuannya terhadapku selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar