Kamis, 30 Desember 2010

when the love reached into my heart part 14


“Cho Kyuhyun” pekik manajer nam, aku yang masih tertidur dengan posisi kaki kananku yang berada diatas kakinya kyuhyun dan tangan kananku di atas wajahnya langsung terlonjak kaget begitu juga kyuhyun. Mataku membelalak lebar dan kami berdua menjerit bersamaan. Manajer nam selanjutnya membawa kami berdua ke ruang tengah, sepertinya kami berdua akan di sidang. Keadaan saat itu sedang sepi, hanya ada aku, kyuhyun dan manajer nam.
“Apa yang kalian lakukan?” terlihat bahwa paman nam sangat marah mendapati kami berdua tidur dalam satu ranjang.
“Ahjussi aku tidak melakukan apapun, sungguh aku hanya tidak sengaja tertidur disana kyuhyun yang memaksaku” aku berusaha menjelaskan tapi sepertinya itu tidak berefek, kali ini manajer nam menatap tajam ke arah kyuhyun.
“Apa benar itu Cho kyuhyun?”
“Tidak”
Pernyataannya itu membuatku membuka mulutku tidak bisa dipercaya dia akan membuat pernyataan semacam itu.
“Lee yura sebenarnya kau itu mencintai siapa?” manajer nam kembali memandangku, dia seolah-olah menegaskan persepsi yang terjadi selama ini. Aku menunduk tidak berani menjawab, terus terngiang ditelingaku perkataan kyuhyun tadi malam, walaupun dalam keadaan mabuk tapi aku bisa menangkap sangat jelas perkataannya tersebut.
“a..a..akku..aku”  aku sangat gugup, tidak tahu harus menjawab apa, lalu kyuhyun secara tidak terduga membalikan tubuhku dan langsung mencium pipiku. Manajer nam terperangah saat menyaksikan kejadian ini.
“Kau mencintaiku, lihat saja saat ku menciummu kau tidak menolak”
Kyu Santai sekali menanggapinya, manajer nam hanya terdiam tidak percaya. Sedangkan kyu, dia tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih.
@@@
Stress sekali rasanya memikirkan kejadian demi kejadian akhir-akhir ini, aku pergi berkeliling mencari eskrim di myung dong, aku pergi sendiri untuk melepaskan kelelahanku, minggu depan adalah pengumuman hasil tes di universitas gam wo, aku tidak mau terlalu memikirkan banyak hal, hanya ingin bersantai dan menikmati rasa eskrim ditengah musim semi seperti ini.
Aku melihat pamflet yang terpasang di sebuah restoran menyebutkan bahwa mereka sedang membutuhkan seorang pegawai. Besok aku akan kembali lagi kesini untuk melamar pekerjaan.
“Plukk!!” seseorang melemparkan telur kekepalaku. Aku berbalik dan memarahinya, ternyata bukan hanya seorang tetapi beberapa gadis membawa macam-macam bahan yang sudah siap untuk ditembakkan ke arahku. Aku berjalan mundur dan mereka mulai mendekatiku, secepat mungkin aku mengambil langkah dan berlari kencang. Sepertinya mereka itu adalah para fansnya siwon. Aku sekarang dalam masalah besar apalagi jikalau mereka mengetahui keberadaanku yang sedang bersembunyi, habislah diriku diamuk masa.
“Yura-ya” seseorang menepuk pundakku, aku sangat takut sehingga tidak berani untuk menoleh dan setelah ku sadar itu adalah suara sungmin.
“Oppa” aku menunjukan rasa ketakutanku dan diapun membantuku mengelabui para gadis berbadan kekar tadi. Aku di ajak untuk naik ke mobilnya.
“Kau tahu itu sangat berbahaya kan?” sungmin mengingatkanku.
“aniyo” aku menggeleng.
“Kau juga tidak sadar kalau wajahmu itu paling di expose di setiap acara? Aissh.. kau ini, mulai sekarang kau jangan kemana-mana sendiri”
Aku tersenyum kecil “jadi aku sekarang itu selebritis seperti dirimu?”.
“Wae? aniyo, kau bukan hanya selebritis tapi kau juga musuhnya selebritis, arasseo?”
Aku memegang pipiku dan menekannya sehingga membuat wajahku yang elastis terlihat begitu buruk. Aku baru ingat bahwa aku dikenal orang di tv itu karena kontroversi bukan karena prestasi.
@@@
“yura-ya aku memasakanmu sesuatu, khaza!!”
Saat aku sampai ke depan pintu asrama ryeowook langsung meraih tanganku dan mengajakku ke ruang makan. Aromanya bena-benar masuk ke hidung, sungguh menggoda padahal aku baru saja makan tapi aku tidak akan menolak jika ryeowook memintaku untuk memakan makanannya lagi, sepertinya perut ini akan menjadi besar.
“Oppa masakanmu benar-benar lezat” aku mengacungkan kedua jempolku. Ryeowook tersenyum lebar. Lucu sekali melihatnya senyum seperti itu, wajahnya tampak tidak berdosa.
“Kau itu lebih tua dariku tapi kenapa memanggilku oppa?”
“Kau tidak suka? Baiklah aku akan memanggilmu wookie, wookie wookie” aku terus menyantap makanannya. Rasanya sangat menyenangkan setelah perasaanku diguncang berbagai masalah.
“Aniyo, tak apa aku lebih senang kau memanggilku oppa itu aka memunculkan sikap dewasa di diriku, yasudah kau lanjutkan makanmu aku akan pergi dulu”
Sudah lama aku tidak bertemu dengannya tapi dia sudah mau pergi lagi. Ryeowook-lah yang paling dekat denganku, dia itu sangat perhatian kepadaku dia bilang dia ingin memiliki seorang adik padahal umurku lebih tua darinya, aku pun sama ingin memiliki seorang kakak seperti dirinya sehingga aku menganggapnya sebagai kakakku walaupun umurnya lebih muda dariku.
“Yura ya, ada yang mencarimu” ryeowook kembali ke ruang makan sambil menggendong tasnya. Aku yang sedang asik makan langsung meletakkan sendok yang ku pegang ke dalam mangkuk.
“Siapa?” aku berjalan sambil berbisik ke ryeowook, dia mengangkat bahunya menandakan bahwa dia sendiri juga tidak tahu. Setelah aku sampai di ruang tengah semua orang menatapku, terllihat seorang wanita melambaikan tangannya dan tersenyum lebar kepadaku.
“Ahjumma..” mataku membelalak lebar saat melihat sosok wanita yang ku kenal.
“Honey bagaimana kabarmu” bibi menghampiriku dan kemudian memelukku, aku hanya diam tidak mau membalas semua perkataannya tadi. Kenapa dia itu benar-benar menyusahkanku, tidak bisakah dia melihat keponakannya bahagia.
@@@
Aku sedikit terharu setelah mendengar pernyataan ahjumma, aku tidak tahu itu benar atau bohong karena hatiu cukup sakit jika mengingat apa yang telah dia lakukan kepadaku. Aku masih belum bisa menerimanya kembali sebagai ahjummaku.
“Aku tahu aku salah, tapi waktu itu pamanmu sedang sakit keras di chinna, kau tahu dia itu hanya sendirian disana, temannya yang mengabarkan padaku, aku melakukan semuanya adalah untuk menolong keadaannya yang sedang sekarat tapi ternyata semuanya sia-sia, bibi sudah melakukan perawatan dari semenjak bibi datang kesana tapi nyawa pamanmu tidak bisa tertolong, penyakit meningitisnya sangat kronis, bibi mencoba mencari keberadaanmu untuk mengabarimu tapi ternyata terlalu sulit untuk menemukanmu, sampai kemarin aku lihat kau di televisi dan aku terus mencari informasi dan akhirnya aku bisa menemukanmu disini.” Ahjumma terisak-isak, air matanya terus membasahi pipinya, aku sangat kasihan melihat keadaannya itu, sepertinya dia sangat terpukul dengan kepergian paman. Akupun juga merasakan hal yang sama karena paman menurutku adalah ayahku yang rela menafkahiku selama belasan tahun. Aku memeluk bibi dalam waktu yang lama. Jarak kami seperti seorang ibu dengan anaknya.
“Lalu kenapa nomormu tidak aktif?”
“itu karena handphoneku tertinggal di rumah pengusaha kaya raya yang aku datangi untung menandatangani surat penggadaian.”
“Mwo???” aku kaget dan melepaskan pelukanku, mencoba memahami apa yang baru saja ahjumma katakan.
“kenapa kau begitu kaget? Kau tidak diberitahu oleh mereka?” bibi juga terlihat sedikit terkejut, aku menggelengkan kepalaku.
“Andwae, aku pikir kau menjual rumah kita.”
“Mwo???” sekarang berbalik bibi yang bertanya padaku.
“Eng, mereka bilang kau telah menjualnya jadi aku bereskan semua barang-barangku dan aku pergi dari sana. Tapi aku lihat rumah dalam keadaan kosong dan semua perabot rumah tangga telah menghilang, apa kau yang menjualnya?”
“Tidak, itu semua tidak benar yura, perabot rumah tangga memang bibi yang menjualnya tapi rumah itu hanya kugadaikan dengan separuh harga, rupanya merek berbuat curang” ahjumma berdiri dari tempat duduk di kursi dikamarku.
“Kau mau kemana?” aku bertanya heran karena melihat wajahnya yang begitu marah.
“Aku akan menemuinya”
Aku berusaha mencegahnya tetapi aku malah ikut bersamanya, kita berdua memang sehati. Semua orang memandang aneh pada kami berdua. Kyuhyun bertanya tapi aku tidak menggubrisnya. Kami berdua sangat kalut saat itu. Setbanya di tempat yang kami tuju, kami langsung memasuki gerbang depan kediaman pengusaha yang sanga megah itu, beberapa orang mencoba menghalangi kami tapi tidah berhasil karena aku sedang berada dipuncak kemarahanku sehingga membuat mereka yang menghalangi kami berdu ku habisi dengan pukulanku.
Saat ku buka pintu di ruang pengusaha itu, alangkah terkejutnya diriku saat mendapati siwon disana sedang asik mengobrol dengan seorang ahjussi yang tak lain dan tak bukan adalah pengusaha itu.
“Choi swon??” aku memandang tajam kepadanya, dia berbalik kepadaku dan kami saling bertatapan, sementara itu bibi terlihat heran mengawasi kami berdua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar